MENGELOLA PERUBAHAN
DAN INOVASI
OLEH
ANGGA
MUHAMMAD FAIZAL
ISMI HIDAYAH
SISILIA EVA MARLIM
NENGSIH
RIFALDI EKA SAPUTRA
FAKULTAS EKONOMI DAN
BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
PEMBAHASAN
A.
KEKUATAN-KEKUATAN PENYEBAB PERUBAHAN
1.
Kekuatan-kekuatan
eksternal
Perubahan
organisasi terjadi karena adanya perubahan-perubahan dalam berbagai variable
eksternal seperti system politik, ekonomi, teknologi, pasar, dan nilai-nilai.
Kenaikan biaya dan kelangkaan berbagai SDA, keamanan karyawan dan
peraturan-peraturan anti polusi, boikot pelanggan adalah beberapa contoh
factor-faktor lingkungan yang merubah kehidupan orang baik sebagai karyawan
maupun langgganan dalam tahun-tahun terakhir. Berbagai kekuatan eksternal dari
kemajuan teknologi sampai kegiatan-kegiatan persaingan dan perubahan pola
kehidupan, dapat menekan organisasi untuk mengubah tujuan, struktur dan metode
operasinya.
Kekuatan-kekuatan perubahan eksternal, meliputi :
1. Kebudayaan
2. Pendidikan
3. Sosial
4. Politik
5. Ekonomi
6. Teknologi
2.
Kekuatan-kekuatan
internal
Kekuatan-kekuatan
pengubah internal merupakan hasil dari factor-faktor seperti tujuan, strategi,
kebijaksanaan manajerial dan teknologi baru serta sikap dan perilaku para
karyawan. Sikap dan ketidak puasan karyawan seperti ditunjukkan dalam tingkat
perputaran atau pemogokan, dapat menyebabkan berbagai perubahan dalam
kebijaksanaan dan praktek manajemen.
Kekuatan-kekuatan perubahan internal, meliputi :
1.
Kegiatan-kegiatan
karyawan
2.
Tujuan
organisasi
3.
Strategi dan
kebijaksanaa
4.
Teknologi
3.
Cara-cara
Penanganan Perubahan
Ada
dua pendekatan penanganan perubahan organisasi:
1. Proses perubahan reaktif. Manajemen bereaksi atas
tanda-tanda bahwa perubahan dibutuhkan, pelaksanaan modifikasi sedikit demi
sedikit untuk menangani masalah tertentu yang timbul. Sebagai contoh, bila
peraturan baru dari pemerintah mensyaratkan perusahaan untuk mempunyai
perlindungan terhadap kebakaran, maka manajer mungkin akan membeli alat pemadam
kebakaran.
2. Program perubahan yang direncanakan
(planned change),
disebut sebagai proses proaktif. Manajemen melakukan berbagai
investasi waktu dan sumberdaya lainnya yang berarti untuk mengubah cara-cara
operasi organisasi. Perubahan yang direncanakan ini didefinisikan sebagai
perancangan dan implementasi inovasi struktural, kebijaksanaan atau tujuan
baru, atau suatu perubahan dalam filsafat, iklim dan gaya pengoperasian secara
sengaja. Pendekatan ini tepat bila keseluruhan organissi, atau
sebagian besar satuan organisasi, harus menyiapkan diri untuk atau menyesuaikan
dengan perubahan.
Di dalam proses perubahan, terdapat seorang atau
individu yang bertanggung jawab atas peranan kepemimpinan dalam proses
pengelolaan perubahan. Individu ini disebut dengan “Change Agent” (pengantar
perubahan). Sedangkan individu atau kelompok yang merupakan sasaran perubahan
disebut “sistem klien”. Pengantar perubahan ini dapat berasal dari para anggota
organisasi atau dapat sebagai konsultan dari luar organisasi.
B.
PERUBAHAN
Perubahan adalah
transformasi dari keadaan yang sekarang menuju keadaan yang diharapkan di mas yang
akan datang, suatu keadaan yang lebih baik.Perubahan dalam skala yang sangat
luas dikemukakan oleh Toffler (1980:23) yang menyatakan bahwa telah terjadi
gelombang pertama sebagai revolusi pertanian, disusul dengan gelombang kedua
berupa revolusi industri. Dalam melihat adanya gejala perubahan, terdapat
beragam pandangan tentang bagaimana terjadinya perubahan tersebut, ada yang
memandang perubahan sebagai suatu proses, ada yang melakukan dalam bentuk
tahapan, ada pula yang melakukan dengan pendekatan sistem, dan ada pula yang
mengajukan perubahan sebagai suatu model.
Penangan situasi
perubahan yang buruk dapat membawa konsekuensi, termasuk
1) timbulnya
frustasi dan bukan strategi yang baik;
2) biaya
implementasi mungkin meningkat;
3) hilangnya
manfaat yang diharapkan dari perubahan;
4) konsekuensi
perubahan terhadap manusia dapat menjadi lebih besar;
5) motivasi
dalam organisasi mungkin menurun karena orang merasa bingung dan kalang kabut;
6) resistensi
tehadap perubahan ke depan meningkat karena orang merasa takut dengan
memerhatikan perubahan yang sedang berjalan. Dengan demikian, pemahaman segenap
sumber daya manusia tentang fungsi, peran, keterampilan, aktivitas, dan
pendekatan dalam menjalankan manajemen mempunyai arti penting untuk mencapai
tujuan organisasi, terutama dalam kondisi lingkungan yang selalu berubah.
C.
PANDANGAN TERHADAP PROSES
PERUBAHAN
1. Metafora air tenang
Dulu,
sekitar tahun 50-an sampai akhir 70-an, menurut analisis para pakar manajemen,
perubahan di dunia industri itu digambarkan seperti air tenang yang mengalir.
Metafora ini menjelaskan bahwa perubahan saat itu bisa dibaca sebab-sebabnya,
tanda-tandanya, dan polanya pun tidak membingungkan.
2. Metafora arus jeram
Tetapi
setelah tahun itu, perubahan yang kerap terjadi di dunia kerja itu sudah tidak
seperti air tenang yang mengalir lagi. Perubahan yang terjadi lebih tepat
dimetaforakan dengan istilah arus jeram. Gelombangnya dahsyat, ombaknya tak
karuan, sebab-sebabnya tidak terdeteksi, dan polanya pun lebih sering
membingungkan.
Seperti
yang kita alami sejak di awal-awal krisis, kejadian buruk yang terjadi di dunia
luar sana ikut mempengaruhi kehidupan kita di tingkat pribadi, dimana pun kita
tinggal, profesi apapun yang kita sandang, atau mata uang apapun yang kita
pakai. Meskipun yang naik itu harga minyak mentah dunia, entah apa sebabnya,
tetapi kenaikan itu mempengaruhi besaran ongkos kita pergi ke kantor,
mempengaruhi biaya makan siang, mempengaruhi belanja dapur bulanan, dan
seterusnya.
Terlepas
kita suka atau tidak suka, menyalahkan faktor eksternal atau menyalahkan siapa
saja, tetapi sebetulnya dunia ini hanya ingin melihat bagaimana kita
mengoperasikan seluruh kapasitas yang kita miliki dalam meresponi perubahan
yang seperti arus jeram itu. Secara teori sering dijelaskan bahwa bagaimana
seseorang menghadapi perubahan itu hasilnya bisa dikelompokkan menjadi tiga di
bawah ini:
a. Kelompok
pemenang (the winner). Kelompok ini mendapatkan untung (secara materi
atau non-materi) dari perubahan dengan melakukan adaptasi, menciptakan kreasi,
atau meraih prestasi yang lebih tinggi lagi.
b. Kelompok
pecundang (the loser). Kelompok ini akhirnya menjadi korban dari perubahan.
Mereka larut, hanyut, atau lari menghindari perubahan dengan reaksi yang tidak
produktif
c. Kelompok
potensial (potential winner atau loser).Kelompok ini berada di tengah
yang belum jelas kemana arahnya. Mungkin akan masuk ke kelompok winner dan
mungkin juga akan masuk ke kelompok loser.
Dalam
prakteknya, hasil di atas sangat mungkin sekali tidak terjadi secara otomatik.
Ada yang butuh proses lama dan ada yang sebentar. Atau juga mungkin masuk ke
kelompok ketiga dulu. Misalnya saja ada sekelompok karyawan yang di-PHK karena
perusahaan sudah tidak bisa lagi menanggung biaya operasional yang tinggi.
Untuk pertama kalinya, semua karyawan itu memiliki reaksi emosi yang bisa
dibilang sama atau mirip sama, misalnya: sedih, menolak, bingung, merasa tak
berdaya, terhantui oleh rasa malu yang bakal terjadi, dan lain-lain.
Nah,
yang sebetulnya akan membedakan mereka bukan reaksi emosi pertama itu. Mereka
akan dibedakan oleh apa yang akan mereka lakukan setelah peristiwa buruk itu
terjadi (emosi kedua). Pemenang akan cepat menghentikan reaksi pertama yang
negatif dengan mendatangkan emosi kedua yang positif. Sebaliknya, pecundang
akan menambah bobot reaksi pertama yang negatif itu menjadi semakin negatif.
"Kebanyakan orang terlalu lama melihat kesuraman,
sehingga tidak bisa melihat peluang yang sudah datang"
sehingga tidak bisa melihat peluang yang sudah datang"
3. Tiga
Kompetensi Kunci
Bagaimana
supaya kita bisa menjadi kelompok pemenang? Bagaimana supaya kita tidak masuk
ke dalam kelompok pecundang? Bagaimana supaya kita tidak terlalu lama menjadi
bagian kelompok potensial yang belum jelas? Secara tehniknya, pasti naluri kita
sudah mengajarkan sesuatu. Cuma, kalau kita sejenak membahas dari sisi
konsepnya, mungkin kita bisa belajar dari temuan-temuan di bidang olahraga (sport
psychology).
Kajian
di bidang olahraga punya temuan yang bisa kita jadikan acuan. Agar seorang
atlit itu bisa tampil di lapangan dengan bagus, entah dia dulu seorang juara
atau bukan, atlit itu harus memiliki tiga modal utama. Pertama adalah modal
mental, kedua adalah modal tehnik, dan ketiga adalah modal fisik atau material.
Baik
dari kajian dan pengalaman, modal mental ternyata punya porsi peranan yang
paling besar, meskipun berbeda-beda prosentase yang diakuinya. Ada yang
menyebutnya 50%, 80%, dan bahkan ada yang mengatakan sampai 90%. Jika mengacu
ke sini, berarti kita semua sudah punya sebagian besar modal untuk menjadi winner
dalam menghadapi masa sulit ini.
Pertanyaannya
adalah, modal mental seperti apa yang kita butuhkan? Kalau mengacu ke konsep
kompetensi dalam manajemen, ada tiga modal mental yang paling inti agar kita
menjadi orang yang efektif dalam menghadapi perubahan (personal
effectiveness) atau winner. Apa saja ketiga modal mental itu?
a.
Pengendalian diri (Self Control)
Modal mental
pertama adalah kemampuan menggunakan (mengontrol) berbagai ledakan emosi (self-control).
Orang yang rendah kemampuannya di sini akan reaktif dan terus reaktif (terbawa
hanyut ke dalam situasi yang sulit). Sedangkan orang yang tinggi kemampuannya
di sini akan cepat proaktif (punya kesadaran untuk memilih yang positif). Untuk
mengecek sejauh mana kita punya kemampuan di sini, kita bisa melihat petunjuk
di bawah ini:
b.
Kepercayaan diri
Modal mental
kedua adalah kepercayaan-diri (pede). Seperti yang sudah kita bahas di sini,
pede adalah sejauhmana kita punya keyakinan atas kemampuan yang kita miliki
berdasarkan alasan, bukti, atau semangat yang positif untuk mewujudkan tujuan
atau untuk mengatasi masalah. Orang yang pede-nya rendah akan terus menuding
faktor eksternal dengan tujuan hanya untuk menuding. Sebaliknya, orang yang
pede-nya tinggi akan cepat act on decision (memutuskan langkah perbaikan
sebagai panggilan tanggung jawab). Kalau saat ini kita merasa belum pede
(rendah), kita bisa meningkatkannya dengan cara-cara di bawah ini:
· Lakukan
hal-hal yang sanggup kita lakukan sampai bisa melihat bukti (hasil) bahwa
ternyata kita mampu. Ini bisa kita pilih dari apa yang sudah kita bahas di
Bagian Kedua. Semakin banyak bukti yang sanggup kita kumpulkan, bahwa ternyata
kita sanggup mewujudkan rencana dan sanggup mengatasi masalah, maka semakin
kuatlah pede kita.
· Melihat
orang lain yang sudah berhasil dan sangat mungkin bisa kita ikuti
langkah-langkahnya (learn from others). Kalau mental kita sedang down,
jangan mencari orang lain yang sedang down juga. Nanti bisa malah tambah
down. Temukan orang lain yang bisa meng-inspirasi.
· Menambah
pengetahuan dengan berbagai cara, entah membaca buku, artikel, mendengarkan
ceramah, dan lain-lain. Intinya, kita perlu mengganti atau mengisi pikiran ini
dengan masukan-masukan positif
· Memperkuat
keimanan pada Tuhan. Misalnya saja: kalau kita masih dikasih hidup, pasti tidak
ada masalah apapun yang bisa membuat kita mati. Misalnya lagi, sesulit apapun
masalah yang kita hadapi, pasti masih ada sesuatu yang bisa kita lakukan.
c.
Kemampuan berpikir
Modal mental
ketiga adalah kemampuan berpikir. Ini sebetulnya sudah kita bahas di Bagian
Pertama. Intinya, kemampuan berpikir ini terkait dengan sejauhmana kita bisa
membuat target, sasaran, atau arah pengembangan dan perbaikan yang akurat (bisa
kita capai dari keadaan kita), sejauhmana kita bisa membedakan masalah
eksternal dan internal, persepsi dan fakta (analitis), dan sejauhmana kita bisa
melihat berbagai kemungkinan yang bisa kita tempuh (kreatif).
Nah, apa yang sudah kita bahasa di Bagian Kedua itu,
tentang hal-hal yang bisa kita lakukan, dari yang paling tidak ideal sampai ke
yang paling ideal, itu semua adalah cara-cara untuk melatih kemampuan berpikir.
Yang perlu kita jauhi adalah, jangan sampai kita mempertahankan diri hanya
karena untuk kepentingan egoisme-kebenaran-sendiri sehingga langkah kita
terjepit karena salah berpikir. Atau juga terobsesi mendapatkan hasil besar
dengan cara cepat tanpa dibekali pengetahuan yang akurat tentang diri.
"Satu-satunya yang membuat seseorang lari dari
masalah
adalah kepercayaan-diri yang rendah" (Mohammad Ali, mantan petinju)
adalah kepercayaan-diri yang rendah" (Mohammad Ali, mantan petinju)
D.
MENGELOLA
PERUBAHAN
Perubahan suatu
organisasi merupakan esensi dari kreativitas dan inovasi dalam organisasi.
Untuk mendorong perubahan diperlukan adanya agen perubahan (agent of change).
Agen perubahan ini merupakan individu dan kelompok yang mengupayakan terjadinya
perubahan kepada orang lain maupun sistem sosial. Biasanya, agen perubahan
dipilih oleh pimpinan, dimana unsur pimpinan terlibat di dalamnya. Keterlibatan
pimpinan tertinggi dalam agen perubahan akan semakin mengoptimalkan perubahan
yang diharapkan. Keterlibatan yang dimaksud tidak hanya dalam struktur
organisasi tim perubahan organisasi, namun juga peran aktifnya dalam pemikkiran,
tindakan, keteladanan, dan dukungan sumber daya agar perubahan organisasi dapat
secara efektif terjadi.
Perubahan
organisasi dapat terjadi melalui mekanisme top down maupun bottom up. Perubahan
top down, didorong oleh level atas, untuk kepentingan strategis organisasi.
Biasanya perubahan yang bersifat top down akan terjadi dalam waktu yang lebih
cepat dan bersifat lebih komprehensif dibanding dengan perubahan yang bersifat
bottom up. Perubahan botom up adalah perubahan yang di dorong dari level bawah
menuju ke atas. Biasanya perubahan ini didukung oleh manajemen level bawah dan
menengah sebagai agen perubahan. Perubahan bottom up dapat dilihat pada inovasi
teknologi maupun perbaikan prosedur kerja, di mana idenya berasal dari karyawan
level bawah yang berada di lapangan dan melihat perlunya dilakukan perubahan
untuk perbaikan organisasi.
Jenis-jenis Perubahan
Secara
umum ada dua jenis perubahan yang terjadi dalam suatu organisasi :
1. Perubahan
Proaktif
Perubahan
proaktif atau biasa disebut terencana ini adalah perubahan yang dirancang dan
diimplementasikan secara berurutan dan tepat waktu sebagai antisipasi dari
peristiwa di masa mendatang. Perubahan yang direncanakan bertujuan untuk
menyiapkan seluruh organisasi atau sebagian besar untuk menyesuaikan diri
terhadap perubahan signifikan dalam sasaran dan arah suatu organisasi.
2. Perubahan
Reaktif
Perubahan reaktif atau tidak
terencana merupakan perubahan yang bersifat spontanitas dan tanpa arahan.
Perubahan yang dilakukan sebagai reaksi terhadap tanda-tanda bahwa perubahan
itu diperlukan.
Proses
Efektif Perubahan Organisasi
Dua hal menjadi penyebab kegagalan melaksanakan perubahan
adalah pertama orang tidak mau (tidak mampu) untuk mengubah sikap dan tingkah
laku yang sudah lama menjadi kebiasaan, kedua orang yang mencoba cara kerja
berbeda dalam waktu singkat, bila diberi kebebasan cenderung untuk kembali ke
pola tingkah laku yang sudah menjadi kebiasaan.
Edgar H. Schein mengemukakan tiga langkah proses efektif
perubahan organisasi sebagai berikut :
1.
Unfreezing (pencairan)
Membuat kebutuhan terhadap perubahan demikian jelas sehingga
individu, kelompok dan organisasi siap melihat dan menerima bahwa perubahan
perlu terjadi. Langkah ini biasanya dikaitkan dengan diagnosis, yang
menggunakan pakar eksternal yang disebut agen perubahan (change agent)
yaitu spesialis OD (organizational development) yang melaksanakan
diagnosis sistematis atas organisasi dan mengidentifikasi masalah-masalah yang
berhubungan dengan pekerjaan. Diagnosis membantu karyawan menyadari
masalah-masalah perilaku mereka.
2.
Changing (pengubahan)
Menemukan dan mengadaptasi sikap, nilai dan tingkah laku baru
dengan bantuan agen perubahan terlatih memimpin individu, kelompok dan seluruh
organisasi melewati proses tersebut. Individu-individu bereksperimen dengan
perilaku-perilaku baru dan mempelajari keahlian-keahlian baru yang dapat
digunakan dalam lingkungan kerja.
3.
Refreezing (pemantapan)
Transformasi pola tingkah laku menjadi norma baru melalui
penguatan dan dukungan mekanisme. Di sini individu-individu menerapkan sikap
dan nilai baru dan organisasi memberi imbalan untuk itu. Dampak dari perilaku
baru dievaluasi dan diperkuat.
Pendekatan Perubahan Organisasi
Harold J. Leavitt menyatakan bahwa organisasi dapat diubah melalui
pengubahan struktur, teknologi dan atau orang-orangnya.
1.
Pendekatan struktur
Pengubahan
struktur organisasi menyangkut modifikasi dan pengaturan sistem internal,
seperti acuan kerja, ukuran dan komposisi kelompok kerja, sistem komunikasi,
hubungan-hubungan tanggung jawab atau wewenang. Pendekatan struktural dibagi
menjadi tiga kelompok yang terdiri dari :
a.
Melalui aplikasi prinsip-prinsip perancangan organisai
klasik. Pendekatan ini berusaha untuk memperbaiki penciptaan pembagian kerja
yang tepat dari tanggung jawab jabatan para anggota organisasi, pengubahan
rentang manajemen, deskripsi jabatan dan sebagainya.
b.
Melalui desentralisasi. Hal ini didasarkan pada
penciptaan satuan-satuan organisasi yang lebih kecil dan dapat berdiri sendiri
dan memutuskan perhatian pada kegiatan yang berorientasi tinggi. Hasilnya
perbaikan prestasi kerja.
c.
Melalui modifikasi aliran kerja dalam organisasi.
Pendekatan ini didasarkan pada pemikiran bahwa aliran kerja dan pengelompokan
keahlian yang tepat akan berakibat kenaikan produktifitas secara langsung dan
cenderung memperbaiki semangat dan kepuasan kerja.
2.
Pendekatan teknologi
Untuk
mremperbaiki prestasi, F.W. Taylor dan pengikutnya mencoba menganalisa dan
memperbaiki interaksi-interaksi pada karyawan dan mesin-mesin untuk
meningkatkan efisiensi sehubungan dengan perubahan teknologi. Adakalanya
perubahan yang dilakukan ternyata sering tidak cocok dengan struktur
organisasi.
Hal ini
dapat menciptakan ketidaksenangan dan pemutusan hubungan diantara para anggota
organisasi, akibanya terjadi penurunan produktivitas, lebih banyak kecelakaan
dan tingkat perputaran karyawan yang tinggi.
Penggabungan pendekatan struktural dan pendekatan teknologi (teknostruktural) bermaksud memperbaiki prestasi melalui perubahan berbagai aspek, baik struktur organisasi maupun teknologinya, contohnya pengenalan teknologi baru yang diikuti pengorganisasian kembali.
Penggabungan pendekatan struktural dan pendekatan teknologi (teknostruktural) bermaksud memperbaiki prestasi melalui perubahan berbagai aspek, baik struktur organisasi maupun teknologinya, contohnya pengenalan teknologi baru yang diikuti pengorganisasian kembali.
3.
Pendekatan orang
Pendekatan
orang bermaksud untuk mengubah secara langsung perilaku karyawan melalui
pemusatan pada keterampilan sikap, persepsi dan pengharapan mereka, sehingga
dapat melaksanakan tugas dengan efektif.
Resistensi Terhadap Perubahan
Dampak utama dari kesalahan yang dilakukan dalam
mengelola perubahan adalah munculnya resistensi dari seluruh anggota yang
terkait terhadap perubahan yang dilakukan oleh perusahaan atau organisasi.
Kreitner dan Kinicki (2001) mendefinisikan resistensi terhadap perubahan
sebagai suatu reaksi emosional maupun tingkah laku yang muncul sebagai respon
terhadap munculnya ancaman, baik nyata atau imajiner bila
terjadi perubahan pada pekerjaan rutin. Adapun
beberapa hal yang menjadi alasan terjadinya resistensi terhadap perubahan
organisasi, yaitu :
a. Kebiasaan
Pada dasarnya, manusia adalah mahluk yang hidup dari
kebiasaan yang dibangunnya. Kebiasaan ini akan lebih mempermudah manusia untuk
menjalankan kehidupannya yang sudah cukup kompleks. Saat dihadapkan pada
perubahan, maka manusia akan cenderung untuk enggan melakukan penyesuaian atas
kebiasaan yang selama ini ia lakukan Sebagai contoh :
seseorang akan cenderung untuk melalui rute perjalan menuju kantor yang biasa
dilaluinya setiap hari yang jarak tempuhnya lebih panjang,
dibandingkan melalui jalur baru yang belum ia kenal yang jarak
tempuhnya lebih pendek.
b. Ketakutan terhadap munculnya dampak yang
tidak diinginkan
Perubahan tak jarang menimbulkan
ketidak-pastian, karena perubahan membuat seseorang bergerak dari suatu situasi
yang ia ketahui menuju pada situasi yang tidak diketahuinya. Akibatnya orang
yang bersangkutan akan merasa takut bahwa dampak perubahan akan merugikan
dirinya.
c. Faktor-faktor
ekonomi
Berkurangnya penghasilan, kenaikan gaji yang tidak
sesuai harapan, meningkatnya ongkos angkutan, merupakan faktor-faktor ekonomi
yang dapat menjadi penyebab munculnya resistensi terhadap perubahan. Bila
perubahan memberikan dampak ekonomi yang cukup besar terhadap
seseorang, maka dapat diramalkan bahwa resistensi dari orang yang
bersangkutan terhadap perubahan akan semakin kuat.
d. Tidak
adanya kepercayaan dalam situasi kerja
Seorang manajer yang membangun hubungan kerja dengan
bawahannya atas dasar ketidak-percayaan, akan lebih mungkin menghadapi resistensi
dari bawahannya bila ia menggulirkan perubahan. Sementara seorang
manajer yang mempercayaai bawahannya akan memperlakukan perubahan sebagai hal
yang sifatnya terbuka, jujur dan partisipatif. Di sisi lain, bawahan yang
dipercaya oleh atasannya akan mungkin untuk melakukan upaya yang
lebih baik dalam menghadapi perubahan dan melihat perubahan sebagai sebuah
kesempatan. Hal ini terjadi karena tumbuhnya kepercayaan/ketidak-percayaan
dalam hubungan kerja bersifat timbal balik.
e. Takut
mengalami kegagalan
Proses perubahan pada pekerjaan yang bersifat menekan
karyawan, akan dapat memunculkan keraguan pada karyawan akan kemampuannya untuk
melakukan pekerjaan dengan baik. Keraguan ini lambat laun akan mengkikis
kepercayaan dirinya dan melumpuhkan pertumbuhan dan perkembangan dirinya.
f. Hilangnya status atau keamanan kerja
Pemanfaatan teknologi atau sistim
administrasi yang baru di dalam dunia kerja , pada satu sisi dapat mempercepat
proses kerja. Namun pada sisi lainnya akan dapat mengakibatkan berkurangnya
jumlah pekerjaan. Dampak inilah yang dikawatirkan oleh para karyawan bila
terjadi perubahan. Buat sebagian besar karyawan, hilangnya pekerjaan dapat
diartikan sebagai hilangnya status dan juga hilangnya penghasilan. Untuk alasan
inilah maka, para karyawan cenderung untuk resisten terhadap perubahan.
g. Tidak ada
manfaat yang diperoleh dari perubahan
Seseorang akan melakukan resistensi terhadap perubahan
bila yang bersangkutan memperkirakan atau melihat bahwa dirinya tidak akan
mendapatkan manfaat bila melakukan perubahan.
Mengatasi Resistensi Terhadap
Perubahan
Untuk
menangani penolakan terhadap perubahan, yang dapat dilakukan organisasi yaitu
1.
Pendidikan dan komunikasi
Memberikan penjelasan tentang kebutuhan akan perubahan dan
logika dari perubahan kepada individu, kelompok dan organisasi secara
keseluruhan. Pendekatan ini digunakan bila ada kekurangan informasi atau
informasi yang tidak tepat serta kekurangan analisanya.
2.
Partisipasi dan penyertaan
Meminta atau mengikutsertakan anggota organisasi untuk
membantu mendesain perubahan. Pendekatan ini dapat digunakan bila pemrakarsa
tidak mempunyai semua informasi yang dibutuhkan untuk mendesain perubahan dan
orang lain mempunyai kekuatan cukup besar untuk menolak perubahan.
3.
Memberi fasilitas dan dukungan
Memberikan program pelatihan ulang, liburan, dukungan
emosional dan memahami orang yang terpengaruh terhadap perubahan. Pendekatan
ini dapat digunakan bila orang akan menolak karena masalah penyesuaian.
4.
Negosiasi dan persetujuan
Melakukan negosiasi dengan penolak potensial atau
mengusahakan surat pemahaman tertulis. Pendekatan ini digunakan bila beberapa
orang atau organisasi dengan kekuatan besar akan menolak perubahan.
5.
Manipulasi dan pemilihan menjadi anggota
Memberikan peran yang diinginkan oleh orang yang berpengaruh
dalam mendesain atau mengimplementasikan proses perubahan. Pendektan ini
digunakan bila taktik lain tidak akan berhasil atau terlalu mahal.
6.
Memaksa secara terang-terangan dan terselubung
Menakut-nakuti dengan kehilangan pekerjaan atau pemindahan,
tidak dipromosikan dan sebaginya. Pendekatan ini digunakan bila kecepatan dalam
proses perubahan diperlukan dan pemrakarsa perubahan memiliki kekuatan yang
cukup besar.
E.
HAL-HAL
TERKINI DALAM MENGELOLA PERUBAHAN
Dalam dunia
modern saat ini terdapat banyak perubahan-perubahan dalam berbagai hal, seperti
perubahan budaya organisasi, peningkatan mutu yang berkelanjutan vs proses
perekayasaan ulang, dan penanganan stres karyawan. Hal itu semua merupakan
pertimbangan yang sangat penting bagi para manajer.
MENGUBAH BUDAYA ORGANISASI
Pada awalnya orang berpendapat bahwa
budaya organisasi yang sudah ditanamkan oleh, pendiri dan sekaligus pemimpin
tidak dapat atau sulit untuk berubah. Namun, perkembangan menunjukkan bahwa
perubahan budaya bukanlah suatu hal yang tidak mungkin.
Bahkan apabila terjadi perubahan lingkungan, melakukan
perubahan adalah suatu keharusan apabila tidak ingin tertinggal dalam
perkembangan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kinerja organisasi dapat
meningkat karena adanya perubahan budaya organisasi.
Perubahan budaya organisasi di satu sisi dapat meningkatkan
kinerja, namun di sisi lain
dapat pula mengalami kegagalan apabila tidak dipersiapkan dan dikelola dengan
benar. Namun, apabila tidak melakukan perubahan budaya organisasi, sedangkan
lingkungan berubah, dapat dipastikan mengalami kegagalan. Paling tidak
perubahan harus dilakukan untuk dapat mempertahankan diri dari tekanan
persaingan.
Dalam buku Perilaku Organisasi: Konsep, Kontroversi, Aplikasi
oleh Stephen P. Robbins pada tahun 1996, bukti mengemukakan bahwa perubahan
budaya paling mungkin terjadi bila kebanyakan atau semua kondisi berikut ini
ada:
1)
Suatu krisis
dramatis.
2)
Pergantian
kepemimpinan.
3)
Organisasi yang
muda dan kecil.
4)
Budaya
lemah.
Jika kondisi-kondisi mendukung perubahan budaya, hendaknya
sebagai manajer mempertimbangkan saran-saran berikut:
1.
Buatlah orang-orang manajemen puncak menjadi model
peran yang positif, dengan menentukan nada lewat perilaku mereka.
2.
Ciptakan cerita, lambang, dan ritual baru untuk
menggantikan yang dewasa ini berlaku.
3.
Pilih, promosikan, dan topang karyawan yang mendukung
nilai-nilai baru yang dicari.
4.
Rancang ulang proses sosialisasi untuk digandeng
dengan nilai-nilai baru itu.
5.
Ubahlah sistem imbalan untuk mendorong penerimaan atas
seperangkat nilai yang baru
6.
Gantilah norma-norma tidak tertulis dengan aturan dan
pengaturan formal yang dijalankan dengan ketat
7.
Guncanglah anak-budaya yang
berlaku lewat transfer, perputaran pekerjaan, dan/atau pemutusan hubungan
kerja.
8.
Berusahalah untuk memperoleh konsensus kelompok dari
rekan sekerja lewat pemanfaatan partisipasi karyawan dan menciptakan suatu
iklim dengan tingkat kepercayaan yang tinggi.
Dengan melaksanakan sebagian besar atau semua saran
ini tidak akan menghasilkan pergeseran yang segera atau drastis dalam budaya
organisasi. Dalam analisis final, perubahan budaya meruapkan proses yang
panjang dan tahunan. Tetapi jika pertanyaannya adalah, “Dapatkah budaya
diubah?” jawabanya adalah, “Dapat!”
MENANGANI STRES KARYAWAN
APAKAH STRES ITU?
Stres
adalah tekanan fisik dan psikologi yang dirasakan seseorang ketika ia
menghadapi atau mengalami permintaan yang luar biasa, hambatan atau peluang di
mana hasilnya dianggap tak pasti dan penting.
Stres sendiri tidaklah terlalu buruk. Meskipun stres
sering dibahas dalam konteks yang negatif, stres juga memiliki nilai yang
positif, terutama jika posisi stres itu menawarkan posisi keuntungan.
Namun, stres lebih sering dikaitkan dengan kendala
dan tuntutan. Kendala mencegah kita melakukan apa yang kita kehendaki dan
tuntutan merujuk ke hilangnya sesuatu yang diinginkan.
Semata-mata karena kondisi tertentu cocok bagi
munculnya stres tidak selalu berarti stes akan muncul. Harus ada dua kondisi
agar potensi stres menjadi stres aktual. Harus ada ketidakpastian mengenai
hasilnya, dan hasil itu harus penting. Tanpa adanya kedua kondisi tersebut,
keadaan yang membuat stres muncul hanya jika terdapat keraguan atau
ketidakpastian mengenai apakah peluang akan diraih, apakah kendalanya akan
hilang, atau apakah kerugiannya akan terhindarkan. Akibatnya, stres itu sangat
tinggi bagi orang yang tidak memiliki ketidakpastian apakah mereka akan menang
atau kalah dan sangat rendah bagi orang yang menganggap bahwa menang atau
kalahnya sudah pasti. Pentingnya hasil itu meruakan faktor yang menentukan.
PENYEBAB STRES
Penyebab stres dapat
ditemukan pada masalah-masalah yang berkaitan dengan organisasi atau faktor-faktor
pribadi yang muncul dari kehidupan pribadi sang karyawan. Jelaslah, segala
macam perubahan berpotensi menimbulkan stres. Perubahan dapat menyajikan
peluang, kendala, atau tuntutan. Berikut adalah contoh-contoh penyebab stres
§ Mulai
tempat kerja baru/pindah rumah/emigrasi.
§ Kehilangan
orang yang dicintai baik karena meninggal atau cerai.
§ Masalah
hubungan pribadi.
§ Pelajaran
sekolah maupun pekerjaan yang membutuhkan jadwal waktu yang ketat, dan atau bekerja dengan atasan yang keras dan kurang pengertian.
§ Tidak
sehat.
§ Lingkungan
seperti terlalu ramai, terlalu banyak orang atau terlalu panas dalam rumah atau tempat kerja.
§ Masalah
keuangan seperti hutang dan pengeluaran di luar kemampuan.
§ Kurang
percaya diri, pemalu
§ Terlalu
ambisi dan bercita-cita terlalu tinggi.
§ Perasaan
negatif seperti rasa bersalah dan tidak tahu cara pemecahannya, frustasi.
§ Tidak
dapat bergaul, kurang dukungan kawan.
§ Membuat
keputusan masalah yang bisa merubah jalan hidupnya atau dipaksa untuk merubah nilai-nilai/prinsip hidup pribadi.
GEJALA STRES
Gejala stres
dapat dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu :
1) Secara
Fisik
§ Perubahan
metabolisme, peningkatan denyut jantung dan nafas, peningkatan tekanan darah, sakit
kepala, dan potensi sakit jantung.
2) Secara
Psikologi
§ Ketidakpuasan
terkait dengan pekerjaan, kecemasan, perasaan terganggu, kebosanan, dan penundaan
3) Secara
Sikap
§ Perubahan
produktivitas, keabsenan, perpindahan pekerjaan, perubahan kebiasaan makan, peningkatan
penggunaan rokok atau konsumsi alkohol, bicara yang cepat, gelisah, dan gangguan
tidur / insomnia
MENGURANGI STRES
§Lihat/ukur
kemampuan sendiri. Belajar untuk menerima apa adanya dan mencintai diri sendiri.
§Temukan
penyebab perasaan negatif dan belajar untuk menanggulanginya. Jangan memperberat masalah dan coba untuk sekali-kali mengalah
terhadap orang lain meskipun mungkin anda di pihak yang
benar.
§Rencanakan
perubahan-perubahan besar dalam kehidupan anda dalam jangka lama dan beri waktu
secukupnya bagi diri anda untuk menyesuaikan dari perubahan satu ke yang
lainnya.
§Rencanakan
waktu anda dengan baik. Buat daftar yang harus dikerjakan sesuai prioritas.
§Buat
keputusan dengan hati-hati. Pertimbangkan dengan masak-masak segi baik atau
buruk sebelum memutuskan sesuatu.
§Biarkan
orang lain ikut memikirkan masalah anda.
§Bangun
suatu sistim pendorong yang baik dengan cara banyak berteman.
§Rencanakan
waktu untuk rekreasi.
TANTANGAN
YANG TERUS MENERUS UNTUK MELAKUKAN PERUBAHAN YANG SUKSES
Perubahan organisasional tak hanya
diperlukan ketika strategi berubah atau terjadi krisi. Ini merupakan tantangan
sehari-hari yang harus dihadapi para manajer. Masing-masing perubahan diikuti
dengan berbagai perubahan lainnya dalam struktur, teknologi, dan orang.
Apa
yang diperlukan organisai untuk berubah? Berikut karakteristiknya :
§ Menghubungkan
masa kini dengan masa depan
§ Membuat
cara hidup sebagai pelajaran
§ Secara
aktif mendukung dan mendorong peningkatan dan perubahan sehari-hari.
§ Memastikan
tim yang beragam
§ Mendorong
organisasi yang tidak lazim
§ Terobosan
tempat bernaung
§ Memadukan
teknologi
§ Membangun
dan memperdalam kepercayaan
Namun
dalam prosesnya tidak semua perubahan berjalan dengan semestinya. Oleh karena
itu apabila pemimpin perubahan ingin melakukan perubahan dengan sukses, maka
mereka dapat memerhatikan hal-hal, sperti menciptakan suatu pernyataan yang
sederhana dan memaksa tentang keperluan perubahan; berkomunikasi secara tetap
dan jujur dalam proses; memperoleh partisipasi karyawan sebanyak mungkin;
menghormati keprihatinan karyawan tentang perubahan tetapi mendorong mereka
untuk lebih fleksibel; menyingkirkan mereka yang menolak tapi jika hanya semua
usaha yang mungkin telah dilakukan untuk memperoleh komitmen mereka akan
perubahan; bertujuan untuk keberhasilan jangka pendek karena perubahan skala
besar dapat memakan waktu yang lama; dan menetapkan contoh yang positif.
Dan
yang terkahir dalam membuat perubahan itu terjadi dengan sukses meliputi semua
anggota organisasional terlibat. Perubahan organisasional bukanlah pekerjaan
satu orang saja. Karyawan individu adalah sumber yang kuat dalam mengenali dan
mengatasi masalah perubahan. Manajer perlu mendorong karyawan untuk menjadi
agen perubahan untuk memeriksa peningkatan sehari-hari dan perubahan yang dapat
dibuat seseorang dalam tim.
F.
MERANGSANG
INOVASI
Memenangkan bisnis sekarang ini memerlukan
inovasi.itulah kenyataan yang dihadapi oleh manajer sekarang ini.Dalam dunia
e-bisnis yang dinamis dan kacau serta persaingan global,organisasi harus
menciptakan produk dan jasa yang serta mempunyai teknologi yang canggih jika
mereka ingin bersaing.
Kreativitas
vs Inovasi
Kreativitas adalah kemapuan untuk menggabungkan
ide-ide dengan cara yang unik atau membuat hubungan yang tidak biasa diantara ide-ide
Inovasi adalah proses mencari ide kreatif dan
mengubahnya menjadi produk atau jasa atau metode kerja yang inovatif
Oraganisasi yang inovatif itu dicirikan oleh
kemampuannya menyalurkan kreatifitas menjadi hasil-hasil yang bermanfaat.
Merangsang dan Memelihara Inovasi
Ada
tiga variabel yang ternyata mampu merangsang inovasi,yaitu ;
Variable struktur
1.
Struktur organic
·
Karena jenis organisasi itu rendah
formlisasi,sentralisasi,dan spesialisasi kerjanya,struktur organic memudahkan
fleksibilitas,kemampuan beradaptasi,dan pemupukan silang yang dibutuhkan untuk
memunculkan inovasi.
2.
Sumber daya melimpah
·
Melimpahnya sumber daya berarti manajemen
mempu membeli inovasi ,mampu membayar biaya melembagakan inovasi dan mampu
menyerap kegagalan.
3.
Komunikasi
·
Tim lintas fungsi,satuan tugas,dan
desain organisasi semacam itu mampu memperlancar interaksi dan komunikasi antar
departemen
4.
Manajemen tekanan waktu
·
Organisasi yang inovatif mencoba
meminimalkan tekanan waktu yang ekstrem pada kegiatan kreatif dengan
mengesampingkan permintaan lingkungan
Variable budaya
·
Menerima ambiguitas,Terlampau banyak
penekanan pada obyektivitas dan kekhususan yang menghambat kreatifitas
·
Menolerir hal yang tidak
praktis,Orang-orang yang membrikan jawaban-jawaban yang tidak praktis atau
bahakan tolol terhadap pertanyaan “bagaimana seandainya” tidaklah dicegah.Apa
yang mulanya kelihatan tidak praktis,dapat menghasilkan solusi yang inovatif.
·
Pengendalian eksternal yang
rendah,Aturan atau kebijakan dan kendali organisasi semacam itu dibuat
sesedikit mungkin
·
Menolerir resiko,Para karyawan didorong
untuk breksperimen tanpa rasa takut terhadap akibatnya.Kesalahan dierlukan untuk
modal pembelajaran
·
Menolerir konflik,Keragaman pendapat
didorong.Keselarasan dan kesepakatan diantara individu tidak diasumsikan
sebagai petunjuk tingginya kinerja
·
Berfokus pada hasil bukan cara,Sasaran
dibuat jelas dan orang-orang didorong untuk memikirkan alan alternatef menuju
sasaran organisasi
·
Berfokus pada system terbuka,Para
manajer memantau dengan ketat lingkungannya dan menanggapi perubahan ketika
perubahan itu terjadi
·
Umpan balik yang positf,Manajer
memberikan umpan balik yang positif,dorongan,dan dukungan sehingga karyawan
merasa ide kreatif mereka mendapat perhatian
Variable sumber daya manusia
Organisasi
yang inovatif itu secara aktif memajukan pelatihan dan pengembangan anggotanya
agar pengetauan mereka senantiaa
mutakhir,member karyawan mereka rasa aman kerja yang tinggi untuk mengurangi
rasa takut dipecat karena melakukan kesalahan dan mendorong individu menjadi “
jagoan “ perubahan.
Jagoan ide secara aktif dan penuh semangat mendukung
ide baru,membangun dukungan,mengatasi penolakan,da memastikan diterapkannya
inovasi itu
Cirri-ciri jagoan ide :
·
Rasa percaya diri yang tinggi
·
Tahan banting
·
Penuh semangat
·
Penuh tenaga
·
Cenderung mengambil resiko
Para jagoan ide juga memiliki jiwa kepemimpinan yang
dinamis.Mereka mampu mengilhami dan menyemangati orang lain melalui visi mereka
tenteng inovasi dan keyakinan pribadi yang kuat akan misi mereka.Mereka juga
mendapatkan persetujuan orang lain untuk mendukung misi mereka.Selain itu,para
jagoan ide juga biasanya mempunyai jabatan yang member mereka kebebasan cukup
besar untuk pengambilan keputusan.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dalam dunia organisasi tidaklah menjadi
hal yang mustahil untuk melakukan perubahan-perubahan terhadap budaya dan
inovasi dalam hal kinerja dan kepemimpinan. Hal ini sangatlah dibutuhkan agar
dalam organisasi tersebut tidaklah terjadi kejenuhan bagi anggota-anggotanya
dan perubahan-perubahan yang terjadi itu dapat meningkatkan kinerja suatu
organisasi. Akibat perubahan yang ada dapat pula mengurangi tingkat stres
karyawan yang sudah tidak nyaman lagi dengan budaya-budaya lama di perusahaan
atau organisasi mereka. Oleh karena itu, perubahan budaya dan inovasi dalam
organisasi sangatlah penting dan bisa dikatakan menjadi sebuah kebutuhan.
situs ini memiliki tampilan yang kurang menarik dan artikel yang sangat berantakkan, bahkan saya sendiri belum menyelesaikan membaca judul saya langsung lompat ke halaman komentar dan ingin mengomentari menganai situs anda.
BalasHapussaya berharap situs ini mendapatkan perlakuan yang baik, karena jika anda bisa melakukannya dengan baik mungkin situs ini bisa menghasilkan uang untuk anda.
salam admin www.infourmasi.blogspot.com
ka, materi diatas sumbernya dari buku apa ya?
BalasHapusmy link dildo,horse dildo,dog dildo,sex chair,vibrators,sex toys,wholesale sex toys,wholesale sex toys,dog dildo see page
BalasHapusAt the point when history thinks back on the most recent couple of many years and the early stages of the Internet can be appropriately characterized, it will probably be chronicled that the Internet is the best learning apparatus since the print machine. Indeed, even little African towns where essential power can once in a while be a unique case, PCs and the Internet are altering the http://www.insimwetrust.com/ in which individuals view the world.
BalasHapus